Rabu, 21 Januari 2009

Dumpling A Big Happy Family

Siapa yang tidak mengenal dumpling alias pangsit. Garing dan renyah manakala digoreng, lembut dan kenyal manakala direbus. Pangsit adalah peneman yang tidak terlewatkan untuk semangkuk mie ayam atau bakso mulai dari penjaja kaki lima sampai dengan restoran.

Ada sedikit cerita mengenai makanan yang satu ini. Pada suatu hari saya diminta teman untuk mengepalai sebuah restoran yang menyajikan masakan Russia di Nusa Dua Bali. Waduh cukup kaget juga, walaupun saya sudah terbiasa bergaul dengan wisatawan Rusia, namun untuk masakan Rusia? nanti dulu. Beri saya sedikit waktu untuk membuka ingatan perjalanan saya ke Moskow dan St. Petersburg beberapa waktu yang lalu dan menemukan kembali masakan apa yang khas dan selalu dihidangkan di rumah-rumah keluarga Rusia. Ada Borsch, sup merah yang terbuat dari Beetroot, kemudian Salad Olivier yang creamy tapi menyegarkan karena paduan acar timun dan mayonnaise, kemudian Pelmeni, hidangan berkuah berbentuk semacam ravioli dengan sedikit kuah dan taburan rajangan daun adas serta krim asam (smetana) dan parutan horseradish. Untuk salad Olivier dan Borsch, cukup menarik namun tidak cukup membuat rasa ingin tahu saya bergejolak. Namun, ketika menyantap Pelmeni, aha seperti menyantap masakan di kampung sendiri namun dengan rasa yang jauh berbeda.

Siapa yang tidak terkesima, melihat bentuk pelmeni yang menyerupai pangsit? wah pasti ada cerita tersendiri bagaimana makanan tersebut berbagi ide dengan pangsit. Akhirnya karena penasaran, tergelitiklah sifat petualang saya mempelajari masakan tersebut, paling tidak secara bahan, metode pembuatan dan penyajian terlebih dahulu sedangkan sejarahnya bisa menyusul kemudian.

Dibuat dari tepung terigu dan telur dengan perbandingan 100gr terigu dan 1 butir telur, bahan-bahan tersebut diuleni dan membentuk adonan kenyal sampai dengan kalis. Setelah didiamkan sekitar 30 menit untuk membuat adonan istirahat, kemudian ditipiskan sekitar 0.5 cm menggunakan penggiling pasta. Adonan yang sudah ditipiskan, kemudian dicetak bulat-bulat dan masing-masing diisi dengan adonan isi yang terdiri dari daging cincang, tumis bawang bombay cincang dan telur. Bentuk setengah lingkaran dari dan masing-masing ujung direkatkan, dengan cara ditekan-tekan, kemudian pertemukan kedua ujungnya menyerupai bentuk udang.
Didihkan air, atau kaldu ayam dengan sedikit garam dan masak pelmeni sampai matang.
Angkat kemudian ditempatkan didalam mangkuk beserta kuahnya dan taburi dengan daun adas cincang serta hidangkan dengan krim asam (smetana/sour cream/creme fraiche) dan parutan horseradish (dapat diganti dengan horseradish cream). Hidangkan panas-panas segera. Pelmeni juga dapat digoreng dengan sedikit minyak, setelah terlebih dahulu direbus.

Nah, sambil menikmati pelmeni, coba bayangkan makanan apa saja yang memiliki bentuk, isi dan cara menghidangkan yang hampir mirip? Betul, yang pasti pangsit walaupun di Indonesia selalu dihidangkan dengan mie, kemudian Gyoza dari Jepang, Jiaozi dan Wonton dari China, Vareniki dari Ukraina, Manti dari Kazakhstan, Ravioli dari Italia, Mandu dari Korea dan masih banyak jenis-jenis dumpling lainnya dari negara yang berbeda.
Ternyata, walaupun bumi terdiri dari berbagai warna kulit, bahasa dan kepercayaan, kenyataannya kita masih tinggal di satu tanah dan udara yang sama, saling berbagi pengetahuan dengan damai dan menikmatinya sebagai bagian dari keindahan hidup.

Mungkin suatu hari, saya akan lebih bisa menjelaskan peta pergerakan dumpling, sejarah asal muasal, dan bagaimana dumpling bisa menjadi bagian dari peradaban budaya umat manusia.

Salam kulinaria
MC